Kamis, 08 Maret 2012
Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat Manusia
Sebagai Makhluk Sosial” tepat pada waktunya.
Makalah
ini menjelaskan tentang apa itu manusia dan apa hakikatnya manusia hidup di
dunia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kehidupan masyarakat baik bagi
penulis maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini semata-mata berkat
bantuan dari berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai
bentuk kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan makalah
ini.
Bekasi, 8 Maret 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia
adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Lalu dengan semakin banyaknya
keinginan dan tujuannya, manusia berpikir mengenai konsep untuk mengubah
gagasan-gagasan mereka. Proses berpikir tersebut menghasilkan suatu hal, yang
disebut organisasi. Organisasi adalah kesatuan sosial yang terkoordinasi secara
sadar dengan memiliki batasan tertentu serta berfungsi secara terus menerus untuk
mencapai tujuan bersama.
Organisasi
dapat dikelompokkan dengan menggunakan beberapa kriteria. Pertama, berdasarkan
jumlah orang yang memegang suatu pimpinan, kedua, berdasarkan kekuasaan. Selanjutnya
berdasarkan sifat hubungan personal. Keempat, berdasarkan tujuan, profit atau
non profit. Kelima, berdasarkan kehidupan dalam masyarakat. Lalu berdasarkan fungsi
dan tujuan yang dilayani. Terakhir, berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Pada
penelitian ini, konteks organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang bertujuan
profit dan bergerak dalam dunia usaha atau kata lain sebuah perusahaan.
Tetapi
semua itu tidak lepas dari hakikat manusia yang sebenarnya. Dalam kehidupan
manusia membutuhkan sebuah ketenangan jiwa dalam hidupnya oleh karena itu
manusia meyakinkan bahwa Tuhan itu ada dan akan membantu setiap manusia dimuka
bumi ini. Hakikat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan
karena manusia memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa,
sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya.
BAB II
Teori
Dalam makalah ini dijelaskan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, yang dimana setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain. Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
manusia juga diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir
akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin
bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan
tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain
dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara
individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di mana
orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi daya pikiran dan
tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak
lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi jika dua
orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu
menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain
tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh
pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa
imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang
lain di luarnya. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu
terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Setiap
manusia mempunyai hakikatnya dalam hidup. Ada beberapa pemahaman tentang
hakikat manusia.
1. HOMO
RELIGIUS: Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk
yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai
makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya.
Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikit, bertindak, berusaha dan
bisa manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia
memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu
Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia,
pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang
maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.
2. HOMO
SAPIENS: Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat
berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia
karena memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga
manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai
suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki daya pikir sehingga ia
bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai
dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3. HOMO
FABER: Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas).
Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau
menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan
karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya
cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi
kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.
4. HOMO
HOMINI SOCIUS: Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki
jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya,
namun pada saat yang bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial bagi manusia
lainnya. Ia senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu
sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat
yang berlawanan, ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi manusia lain
(homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus dihindarkan agar
tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan adanya
perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan
derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.
5. Manusia
sebagai makhluk etis dan estetis: Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai
makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami
norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang
diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia
sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa
estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang memiliki cita, rasa, dan
dimensi keindahan atau estetika lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini adalah hakikat manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia membutuhkan orang
lain dalam menjalankan kehidupan di dunia ini begitu juga manusia membutuhkan
Tuhan untuk memperoleh ketenangan jiwa. Tanpa mempercayai Tuhan manusia tidak
akan merasakan ketenangan melainkan kegelisahan dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
terlalu singkat mas, makalahnya.
Posting Komentar